Pages

Kamis, 06 Agustus 2009

anomali

anomali

As we live on we lose things little by little
we stand speechless
hidden with falsehood and lies

sang surya memancarkan arsiran arsiran cahaya dan gurat gurat kehangatan.
menari nari diatas kulitku yang masih terbalut dinginnya pagi itu.aku tak bisa berpikir,hal apa yang harus kusyukuri lebih dulu,
sang surya yang telah menyelimutiku,ataukah sang dinginnya pagi yang membuatku lebih menghargai nikmatnya hangat.
seperti halnya orang yang lebih bisa berbahagia setelah dia mengelami kelamnya duka.ataukah duka adalah sisi lain dari rasa bahagia?..
ah sudahlah,aku tak peduli akan hal itu,karena kecerobohanku mengakibatkanku terdiam disini,duduk di sebuah stasiun yang belum ramai penumpang.
kenapa belum ramai penumpang?!.karena hari ini adalah hari libur nasional untuk merayakan pesta akbar megahnya pilpres tahun ini,
yang dalam versi kaum putih hal itu merupakan omong kosong birokrasi.

ini hari terakhirku melakukan pekerjaan riset dari sebuah lembaga survei yang akupun tak tau dimana alamatnya.
pekerjaan sampingan yang kulakukan ditengah padatnya ujian kuliah yang memang 2 minggu itu sedang UAS.mungkin yang kulakukan adalah hal bodoh bagi mahasiswa yang
menelungkupkan diri diatas buku dan diktat kuliah yang tebal.tapi biarlah aku disebut bodoh,karena mereka tidak tahu bahwa aku belajar hal lain.mempelajari
mata kuliah mengenai kehidupan yang tak diberikan oleh dosen dosen yang memang hanya mengajarkan teori dasar menciptakan sebuah algoritma.
aku berjuang untuk mencari rezekiku sendiri yang memang telah dituliskan dalam goresan takdir oleh sang Maha Kuasa.

aku menahan kantuk,karena beberapa hari ini harus membagi waktu antara belajar dan bekerja.sambil melihat seorang bapak yang berjalan menjauh,
bapak baik hati yang memberitahu bahwa seharusnya aku turun distasiun berikutnya,menyadarkanku akan kebodohan diri sendiri yang malu bertanya.
kalo saja tadi didalam kereta aku berani untuk bertanya,mungkin aku tak disini,menunggu kereta berikutnya yang datang kira kira 15 menit lagi,padahal aku sudah hampir telat untuk sampai ditujuan.

selama proses menunggu itu aku tertarik mengamati gerombolan anak jalanan yang tidur di ruang tunggu bagi penumpang,kumal tak terurus.tanpa alas apa apa,kulitnya menyembulkan rasa ngilu ketika setiap orang melihatnya,daki yang melingkar di leher,badan kurus.memakai baju SD yang setidaknya mereka pernah merasakan candu ilmu disekolah tingkat yang paling dasar.kalo tidak salah ada 3 orang mereka tertidur disana.rumah mereka beratapkan langit dan beralas tanah.

seorang anak bangun,melihat sekeliling,mengecek apakah ada keajaiban pada dunia hari ini.dia berjalan,menuju sebuah tempat sampah diujung jalan.mengais ngais tempat sampah untuk mencari seoongok makanan yang bisa digunakan untuk nertahan.bertahan dari semua ketidak pastian.

mereka anak anak yang menjadi salah satu titik wktu yang oleh zaman bisa ditenggelamkan atau dimunculkan.sebuah bingkai kecil dari aljabar kehidupan.potret kehidupan sehari hari bangsa yang sering muncul,bukan sering lagi malah,tapi sudah menjadi akar budaya kita.
mungkin tuhan punya rencana lain,kaena melalui merekalah aku belajar tentang kehidupan..

Tidak ada komentar: